Mengapa Topeng Badut Menakutkan Untuk Sebagian Orang Dewasa
Mengapa Topeng Badut Menakutkan Untuk Sebagian Orang Dewasa. Dulu, badut digunakan orang selaku fasilitas hiburan paling utama untuk anak kecil. Tetapi entah mengapa, saat ini badut jadi suatu perihal yang sangat menakutkan buat manusia. Badut saat ini jadi teror, ketakutan, kepalsuan serta masih banyak lagi.
Meskipun begitu di Maskot Galeri tetap berusaha menampilakan sosok badut yang mengenakan topeng tapi tetap terlihat lucu dan menyenangkan buat semua orang yang menyaksikannya. Berusaha menghadirkan kembali sosok badut yang membawa kegembiraan buat anak-anak.
Teror badut tersebut memang sudah membuat banyak orang mulai ketakutan. Badut tersebut menakuti banyak orang yang biasa berada di posisi publik, atau jalanan hitam dan juga apalagi di dekat hutan.
Menjawab perihal tersebut, para psikolog pernah berkata bila teror akan badut ini terus akan berlangsung maka pastinya akan terjadi sebuah bahaya yang akan siap menggemparkan dunia. Para psikolog tersebut berkata bila pelakunya dapat mucul kapan saja tanpa ada karena akibat yang pasti.
Konon katanya,Topeng badut telah ada semenjak peradaban Yunani Kuno dan Romawi Kuno.
Sekarang ini yang semakin membuat tidak menyenangkan yaitu perasaan takut pada badut ini tidak hanya dialami oleh anak kecil tapi orang dewasapun mulai merasakannya.
Umumnya perasaan takut melihat topeng badut terjadi pada anak- anak, terutama bayi, sementara itu badut ataupun kostumnya kerap kali muncul buat memeriahkan acara anak- anak. BBC mengangkat suatu hasil riset pada tahun 2008 yang dicoba di Inggris, kalau nyatanya cuma sedikit anak yang betul- betul menggemari topeng badut.
Bermacam kiat mengalami ketakutan anak pada badut bisa dengan gampang ditemui. Suatu postingan pernah menyajikan bermacam kiat menolong anak mengalami rasa takut pada kostum karakter ataupun badut yang mengenakan topeng badut.
Akan tetapi, nyatanya rasa takut pada badut, ataupun coulrophobia, bukan cuma terjadi pada kanak- kanak. Banyak orang dewasa yang juga merasa tidak aman melihat ataupun berdekatan dengan badut yang sesungguhnya diasosiasikan selaku tokoh lucu ataupun pelawak.
Sesungguhnya, kepribadian badut, penghibur ataupun pelawak sudah lama terdapat. Tercantum di Indonesia. Dalam budaya Jawa, kita memahami Semar, Gareng, Petruk serta Bagong.
Mereka itu merupakan beberapa tokoh-tokoh punakawan yang ada di dalam cerita wayang. Punakawan ini ialah para pengikut ksatria yang ada dalam sebuah cerita.
Akan tetapi bukan semata- mata pengikut ataupun hamba biasa, punakawan juga bisa menguasai apa yang lagi mengenai para ksatria ataupun bangsawan, sehingga mereka akan berperan selaku penghibur. Umumnya dengan obrolan ataupun tingkah laku yang lucu.
CNN menuliskan kalau semenjak lama kepribadian badut ataupun pelawak sudah jadi fasilitas buat satire, serta berseloroh tentang orang- orang ataupun tokoh- tokoh populer serta hebat.
Mereka ini juga bisa menyajikan berbagai kisah yang sebenarnya cukup sensitif dengan sebuah cara yang dikira cukup nyaman, karena mereka telah diberikan sebuah kebebasan untuk berekspresi yang cukup unik. Sepanjang nilai mereka sebagai seorang penghibur yang melebihi ketidaknyamanan yang akan mereka timbulkan di tokoh- tokoh tersebut.
Umumnya dimulai dengan serbuan panik kala melihat wujud topeng badut. Berikutnya keringat bercucuran, mual, detak jantung bertambah, menangis sampai berteriak.
Rami Nader, PhD, ini adalah seorang psikolog serta juga direktur North Shore Stress mengatakan kalau ketakutan pada seorang badut itu bisa berasal dari adanya rasa ketidakpercayaan terhadap mereka.
Pemicu fobia sangat bermacam- macam, umumnya akibat kejadian yang traumatis serta menakutkan. Dalam permasalahan coulrophobia, terdapat sebagian mungkin pemicu serta risikonya di antara lain merupakan:
- Menyaksikan film menakutkan
Wujud badut yang ditafsirkan dalam film- film kadangkala bertolak belakang dengan wujud sebetulnya. Banyak film yang menyajikan topeng badut selaku wujud yang menakutkan serta seram sehingga memunculkan ketakutan. Orang yang kerap menyaksikan film- film horor tentang badut dapat saja terbawa- bawa, paling utama pada kanak- kanak.
- Mengalami kejadian traumatis
Hadapi kejadian yang memunculkan trauma berkaitan dengan topeng badut dapat membuat seorang jadi fobia dengan badut. Ini diakibatkan ketika mereka mulai dihadapkan dengan seorang badut, maka otak akan memerintahkan badan untuk melaksanakan sebuah respons
“ fight- or- flight”.
Badan akan menangkap sinyal otak kalau topeng badut merupakan suatu ancaman sehingga kejadian traumatis dapat memunculkan fobia terhadap suatu.
- Memercayai kalau wujud badut menyeramkan
Walaupun tidak sering, fobia pula dapat tumbuh sebab aspek ini. Umumnya, kanak- kanak menekuni banyak perihal di dekat melalui orang- orang di sekelilingnya. Misal, seorang adik dapat saja merasakan ketakutan kelewatan sebab si kakak juga menghadapi perihal yang sama.
Fobia ataupun ketakutan pada badut dipicu oleh realitas kalau badut menggunakan riasan serta penyamaran yang menyembunyikan bukti diri serta perasaan mereka yang sebetulnya.
Badut ini menggunakan sebuah kostum, serta juga merias wajah dengan tampilan senyum lebar yang sangat aneh. Anda mengetahui kalau senyum itu tidak betul- betul menampilkan perasaan orang yang terletak di balik kostum tersebut. Intinya, Anda bisa mengenali kalau seorang badut itu berbohong secara sebuah penampilan.
Sedangkan di tahun 2016, Frank T. seorang pakar psikologi melakukan sebuah riset empiris pertama seputar ketakutan, ataupun juga perasaan mengerikan.
Hasil riset yang diterbitkan dalam web Science Direct dengan judul On the nature of creepiness ini menampilkan terdapatnya keterkaitan antara perasaan khawatir dengan ambiguitas– tentang tidak merasa betul- betul percaya gimana bereaksi terhadap seorang ataupun suasana.
Dalam riset ini, McAndrew merekrut 1. 341 sukarelawan yang berumur antara 18 hingga 77 tahun buat mengisi survei secara daring. Pada bagian awal survei, para sukarelawan memperhitungkan kalau” orang yang dikira menakutkan” secara hipotetis hendak memperlihatkan 44 sikap yang berbeda, semacam kontak mata yang tidak universal ataupun ciri raga semacam tato.
Sedangkan di bagian kedua dari survei, para sukarelawan ini memperhitungkan sebuah tingkatan kengerian yang ada dari 21 pekerjaan yang terlihat berbeda. Di bagian ketiga mereka cuma bisa mencatat 2 hobi yang mana bagi mereka sangat mengerikan. Sedangkan untuk di bagian akhir, maka mereka mencatat jumlah mereka yang setujui dengan 15 buah watak orang yang terlihat mengerikan.
Hasilnya menampilkan kalau pria kerap dikira lebih mengerikan daripada wanita, semacam halnya badut yang lebih banyak ditampilkan oleh pria. Perihal yang tidak bisa diperkirakan ialah komponen berarti dari kengerian, kemudian pola kontak mata serta sikap nonverbal yang tidak biasa yang lain membuat detektor ngeri Anda meningkat besar.
Ciri raga yang tidak biasa, semacam mata membesar, senyuman yang aneh ataupun jari- jari yang sangat panjang yang bukan bagian dari diri mereka sendiri, akan membuat Anda melihat badut selaku orang yang mengerikan.
Perihal ini cocok dengan dengan teori yang dicetuskan McAndrew, kalau perasaan ngeri ataupun khawatir ialah respons terhadap ancaman yang ambigu kalau Anda mengalami ketidakpastian tersebut, Anda akan menghadapi perasaan bergidik ketika melihat topeng badut yang beraneka rupa.